Kamis, 29 April 2010

TAWA


Hidup ini memang tak adil. Tuhan hanya sebagai lambang, lebih lagi Tuhan terkadang hanya sebagai tempat sampah. Orang yang jujur lebih sering ditertawakan. Ya, mereka yang menganggap dirinya pintar dan pintar berbicara sering digunakan sebagai lobies, mempunyai tempat agung yang ternyata semua lobies itu untuk keuntungan kelompok dan kerugian bagi masyarakat banyak.
Huh...kemana bangsa ini akan pergi..??, satu orang berteriak.. kita harus memberantas korupsi, mahasiswa berdemo tangkap koruptor, satgas bergerak tangkap mafia, namun ternyata teriakan anti korupsi berasal dari anak-anak dengan keluarga PNS yang mempunyai mobil mewah, punya uang saku jutaan/bln, mampu sekolah dengan biaya tinggi padahal hanyalah anak dari PNS dengan penghasilan sekitar 3jtan/bulan. Kita berteriak seakan akan saat ini kitalah orang paling bersih didunia ini dengan berkata "bunuh para koruptor!"
Dapatkah seorang PNS yang adalah kedua orang tua kita memiliki rumah sendiri, mobil mewah, tabungan besar namun mereka hanyalah PNS dengan total penghasilan 6 jt/bln ataukah kita akan mampu bertanya "Pa/ma, darimana semua kekayaan kita ini padahal kitakan tidak punya usaha swasta?" mungkin orang tuanya akan menjawab "ada proyek pengadaan di kantor Papa/mama panitia, jadi ini ucapan terima kasih dari pemenang" atau mungkin akan ada jawaban "ada dana kelebihan dari kegiatan kantor" atau "ada perjalanan dinas 3 hari tapi bisa selesai 1 hari". Semua pasti ada alasan. Aku amau bertanya, dapatkah keluarga PNS tanpa usaha sampingan dapat kaya (pnya rumah sendiri, punya kend.pribadi)?? Atau kita akan berkata kalau bantu saudara kan nda apa, kalau ngatur dapat untuk kenalan kita kan nda apa, atau kita kan harus pintar nyari sampingan dari sistem ini.
Saat masih ada yang tertawa untuk kepolosan dan kejujuran, selama itu juga kita tidak akan berhenti membangun LP Tipikor dengan uang negara ini untuk mereka yang kenyang dengan hasil pencurian di Kas Bangsa ini.
PNS bukan pilihan untuk kaya, PNS bagian dari pengabdian, pengabdian tak pernah mendatangkan keuntungan Pribadi, Pengabdian berakhir dengan penghargaan pahlawan tanpa tanda jasa.
Bila aku dapat menasihati, aku akan berakata "Sobat ambillah keuntungan dari negara ini namun jangan besarkan perutmu sendiri dengan kenyang, jangan hangatkan badanmu sendiri dalam rumah yang nyaman, jangan .. jangan hanya untuk kau. Lihatlah sekelilingmu yang buncit tanpa makanan, yang kedinginan tanpa atap rumah, yang murung hanya karena tak mampu membeli gula-gula". Bentuklah kesimbangan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lencana Facebook